Sekitar 7 km ke arah selatan dari kota Langgur atau 10 km dari Kota Tual di Kecamatan Kei Keil Kabupaten Maluku Tenggara, terdapat sebuah desa kecil yang bernama Desa Sathean.
Di teluk Desa Sathean terdapat sebuah pulau yang dikenal sebagai tempat berlabuhnya kapal nenek moyang penduduk Kepulauan Kei. Orang Kei percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari Bali.
Berabad abad yang lalu, nenek moyang mereka berangkat dari Bali. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar karam sehingga mereka harus berhenti di lokasi ini. Akhirnya mereka menetap di Kepulauan Kei. Kapal yang karam itu ditinggalkan begitu saja. Lama kelamaan menjadi batu lalu membentuk sebuah pulau. Inilah sebabnya pulau tersebut dinamakan Pulau Batu Kapal.
Pulau Batu Kapal jika dilihat sekilas memang bentuknya menyerupai sebuah kapal. Sejatinya pulau ini adalah batu karang yang ditumbuhi hutan belantara. Kokohnya batu karang ditambah guratan guratan yang terbentuk secara alamiah menjadi ciri khas Pulau Kapal.
Dan tak disangka, di bawahnya tersimpan pemandangan bak surga. Yaitu pemandangan yang dicari oleh para pecinta olahraga bawah laut.
Baca juga : Yang Masih Ingin ke Luar Negeri Rugi Kalau Tak Mencoba ke sini
Di dasar perairan Pulau Kapal ditumbuhi oleh terumbu karang yang subur.Terumbu karang ini terbentuk secara alami, menjadi habitat bagi para penghuni dasar laut yang hidup disekitarnya. Pemandangan seperti ini adalah incaran para pecinta diving dan snorkeling.
Air lautnya yang jernih membuat jarak pandang menjadi dekat, sehingga terumbu karang yang berada di dasar laut terlihat dengan jelas.
Perairan di Pulau Kapal sangat terjaga kebersihannya. Lautan yang bebas sampah, berwarna biru kehijau hijauan, dengan ombak yang relatif tenang menciptakan pemandangan yang mempesona. Ikan berwarna warni yang sedang berenang terlihat jelas dari permukaan.
Bagi yang tidak hobi diving dan snorkeling, menghabiskan waktu bermain air di laut yang sebersih ini sangatlah menyenangkan. Mengelilingi pulau menggunakan perahu juga menarik untuk dilakukan.
Saat perut terasa lapar, kamu bisa makan di kafe terdekat yang menyajikan hidangan khas pulau Kapal berupa ikan bakar. Kafe dibangun menghadap langsung kearah pulau. Ikan segar yang baru ditangkap terasa semakin lezat karena makannya ditemani pemandangan pulau kapal yang asri. Menu tradisional lainnya khas Pulau Kei juga bisa kamu pesan disini.
Dari kafe ini kamu bisa melihat ladang rumput laut. Rumput laut yang tumbuh subur disekitar pulau adalah komoditi masyarakat setempat. Masyarakat Pulau Kapal yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan, sehari harinya memanen hasil laut seperti ikan dan rumput laut.
Jika biasanya kamu melihat rumput laut olahan yang sudah siap dimakan, maka disini kamu bisa melihat bentuk asli tanaman rumput laut.
Bagaimana akses menuju Pulau Kapal?
Membutuhkan usaha sedikit lebih keras menuju Pulau Kelapa. Juga waktu perjalanan yang cukup lama. Jika kamu berasal dari Jakarta, ambil penerbangan menuju kota Ambon. Saat ini tidak tersedia penerbangan direct ke Ambon. Perlu satu atau dua kali transit di Surabaya atau Makassar.
Akses menuju Pulau Kelapa dari luar Provinsi Maluku harus melalui kota Ambon terlebih dahulu. Sesampainya di Ambon, kamu bisa melanjutkan penerbangan menuju kota Tual. Penerbangan ke Tual sedikit sekali, sebagai alternatif kamu bisa naik kapal laut. Butuh waktu satu hati satu malam atau sekitar 12 jam untuk sampai ke kota Tual.
Sesampainya di kota Tual bisa naik ojeg atau mobil sewaan menuju Desa Sathean. Ada angkot juga yang rutenya melewati Desa Sathean. Membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai ke Desa Sathean. Dari Desa Sathean kamu tinggal menyeberang menuju Pulau Kapal.
Perjalanan panjang dan cukup melelahkan ini akan terbayarkan saat kamu melihat Pulau Kapal yang sarat akan sejarah serta pemandangan lautnya yang indah.